GEJAM Soroti Tumpukan Sampah, Awaluddin SH: DLH Madina Harus Bangun Nurani, Bukan Cuma Laporan

BAHANAPENA.COM | PANYABUNGAN – Pemandangan kurang sedap terlihat di sepanjang pinggir jalan Aek 8, Kelurahan Pidoli Lombang, Kecamatan Panyabungan Kota. Tumpukan sampah plastik, rumah tangga, dan limbah lainnya menjadi ‘hiasan’ tidak resmi di tepian saluran irigasi dan jalur umum masyarakat. Fenomena ini pun menuai kritik keras dari Ketua Gerakan Jitu Aktivis Mandailing Natal (GEJAM), Awaluddin, SH.
“Apakah kita harus menunggu banjir atau wabah penyakit datang dulu, baru DLH bangun dari tidur panjangnya?” sindir Awaluddin, alumni Fakultas Syariah dan Hukum UINSU, jurusan Hukum Tata Negara,.
Menurut Awaluddin, kondisi ini mencerminkan krisis manajemen lingkungan hidup di tingkat daerah. Ia menilai Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Mandailing Natal terlalu asyik dengan laporan di atas meja, tanpa menyentuh realita di lapangan.
“Sebagai anak hukum, saya diajarkan bahwa negara wajib hadir di tengah rakyat. Tapi di Mandailing Natal (Madida), yang hadir justru bau busuk dan lalat-lalat demokrasi,” katanya kepada awak media dengan nada satire, Kamis (26/6/2025).
Lebih lanjut, Awaluddin menegaskan bahwa keberadaan tumpukan sampah di lokasi strategis seperti Aek 8 adalah tamparan keras bagi wajah perkotaan. Apalagi kawasan tersebut kerap dilalui wisatawan dan warga yang sekadar ingin menikmati suasana senja di pinggir sawah.
“Kalau DLH masih juga menutup mata, berarti ini bukan lagi soal anggaran, tapi kemauan. Pemerintah bukan robot yang hanya bekerja saat ada program mereka digaji untuk berpikir, bukan sekadar hadir di rapat,” tegasnya.
GEJAM mendesak DLH Madina segera melakukan penataan ulang sistem pengelolaan sampah di wilayah perkotaan, sekaligus menyediakan fasilitas TPA sementara yang fungsional sebelum masalah ini makin menjamur.
Awaluddin juga mengingatkan bahwa semangat otonomi daerah bukan berarti bebas dari tanggung jawab publik.
“Mandailing Natal bukan panggung sinetron birokrasi, di mana pejabat hanya tampil saat pencitraan. Ini tanah kita, mari bersihkan dengan kerja nyata, bukan dengan pidato dan seremonial,” pungkasnya menutup. (Awal)